Kamis, 05 November 2009

Tugas Perilaku Konsumen 1

Nama : Tuti Aryanti
Kelas : 3EA01
NPM : 11207120


Indahnya Hari Nan Fitri

Di tengah sibuknya puasa, Saya pun disibukkan dengan kegiatan kuliah yang begitu padat, tapi puasa bukan alas an untuk bermalas-malasan, dan Saya tetap semangat untuk menyelesaikan semua yang menjadi kewajiban Saya.

Libur Hari Raya pun akhirnya tiba tapi Kami para “Mahasiswa” tetap mendapat THR dari Dosen, tapi THR yang Saya maksud bukan seperti yang Anda bayangkan karena THR adalah singkatan dari “Tugas Hari Raya” yang mau tidak mau harus Kami terima, sepertinya Para Dosen tahu Kebiasaan Kami para “Mahasiswa” yang malas atau mungkin sama sekali tidak belajar disaat liburan dan mereka ingin anak didiknya tetap belajar, salah satunya dengan cara, ya…memberi THR tadi.

Untuk menyambut Hari Raya Idul Fitri banyak sekali kebutuhan yang perlu disiapkan, mulai dari makanan, minuman, bingkisan, angpau dan baju lebaran. Terlihat ramainya suasana pasar, Walaupun sedang menjalankan ibadah puasa tapi banyak sekali Orang yang berdatangan ke Pasar, baik Pasar Tradisional maupun Pusat Perbelanjaan Modern Lainnya. Mereka begitu antusias untuk menyambut datangnya Hari Kemenangan. Saya mengetahui hal ini, karena Saya pun termasuk salah satu di antara mereka yang pergi ke Pasar. Saya bersama Ibu dan kedua Kakak Saya Pergi ke salah satu pusat perbelanjaan terkenal yang terletak di Cililitan Jakarta Timur. Rencana Kami ke sana memang ingin membeli perlengkapan untuk Lebaran, salah satunya ya..baju lebaran tapi Kami pun sangat terkejut dengan harga-harga yang ditawarkan oleh penjual, lonjakan yang begitu dahsyat dan memukau. Dengan banyak tawar-menawar, akhirnya Kami pun tetap membeli barang tersebut karena barang tersebut memang menjadi kebutuhan untuk Kami. Bukan hanya kebutuhan akan Pakaian yang meningkat tapi kebutuhan akan daging dan ayam pun meningkat pesat. Karena lebaran selalu identik dengan makanan lezat dan nikmat. Dapat kita lihat pada supermarket-supermarket yang ada di sekitar Lingkungan kita, mereka bersaing untuk menurunkan harga daging menjadi sangat murah dan membuat para masyarakat berbondong-bondong antri untuk membeli daging tersebut. Karena daging yang ada di Pasar Tradisional harganya melambung tinggi. Moment lebaran menjadi moment untuk mencari keuntungan sebanyak-banyaknya bagi penjual karena permintaan Masyarakat untuk kebutuhan lebaran meningkat.
detik-detik menjelang Hari Nan Fitri pun semakin dekat, ditandai dengan banyaknya para penjual daun ketupat. Tradisi lebaran di rumah Saya selalu ditemani dengan ketupat dan semur, karena keluarga Saya adalah asli Jakarta jadi itulah makanan yang selalu ada setiap Hari Raya Idul Fitri. Ada lagi tradisi yang setiap tahunnya dilaksanakan di Lingkungan rumah Saya, yaitu tradisi bertukar makanan dengan para tetangga yang disebut “antar-mengantar”. Jadi Kami bisa saling mencicipi makanan yang telah dibuat oleh tetangga sekitar, itulah keeratan yang terjalin di Lingkungan Saya, karena Kami menganggap bahwa semua adalah Saudara.

Di tengah hebohnya persiapan menyambut lebaran, banyak para Ibu yang dilanda “Dilema” karena issu jatuhnya Hari Raya yang belum pasti tapi hal tersebut tidak menghalangi semangat Para ibu untuk mempersiapkan Hari Kemenangan tersebut, mereka tetap menjadikan Hari Raya Idul Fitri sebagai Hari yang special dan berbeda dengan hari-hari lainnya. Setelah hasil sidang Is’bat diumumkan terlihat keceriaan dari wajah para bunda.

Tibalah malam takbiran yang dihiasi dengan gema takbir yang menyejukkan hati dan suara petasan serta gemerlap kembang api yang begitu indahnya. Jutaan Masyarakat seakan tidak mau melewatkan malam tersebut, seperti yang Saya saksikan dengan mata kepala Saya sendiri. Saya pun tidak mau melewatkan malam takbiran ini hanya dengan berdiam diri di rumah, jadi Saya, pujaan hati saya dan teman-teman pergi ke Monas untuk menyaksikan malam takbiran yang sangat indah.

Pagi yang cerah menyaksikan Kami yang tengah melaksanakan Shalat Ied, suasana begitu khusyuk dan membuat hati menjadi tenang. Inilah Hari Kemenangan yang telah lama di nanti-nanti, kata maav pun menjadi penyejuk diri dan silaturahmi yang menjadi pencerah di hari nan fitri. Setelah bersilaturahmi dengan tetangga di Lingkungan sekitar rumah, kami sekeluarga pun langsung berangkat menuju rumah nenek yang masih terletak di kawasan Jakarta Timur, sesampainya di sana Saya dan keluarga saling bermaav-maavan, tidak lupa Kami melakukan foto bersama. Selain itu masih ada tradisi yang belum Saya ceritakan, ini adalah bagian yang paling penting bagi Kami yang belum bekerja, yaitu tradisi bagi angpau. Di keluarga Saya tradisi ini sangat ditunggu-tunggu oleh anak-anak kecil dan juga kami yang masih kuliah, termasuk Saya…hehe..besarnya angpau ditentukan dari usia, semakin banyak usia semakin besar pula nilai rupiah yang ada di dalam angpau tersebut tapi perlu perhatikan “hanya bagi yang belum bekerja” jadi untuk mereka yang sudah bekerja, tidak dihitung lagi dan mereka juga harus menyisihkan rupiahnya untuk Kami.

H+2, H+3, H+4 Saya tidak pergi kemana-mana karena rumah Saya lah yang dikunjungi oleh Sanak Saudara karena kedua orang tua Saya adalah anak pertama jadi banyak sekali saudara yang berkunjung, hal ini membuat Saya dan kakak Saya kelelahan tapi Kami tetap merasa Lebaran tahun ini sangat menggembirakan.

Waktu terasa begitu cepatnya, baru kemarin rasanya Saya menjalankan Ibadah puasa tapi sekarang Hari Raya Idul Fitri yang dinanti-nanti pun telah berlalu seperti hembusan angin dan Saya pun telah kembali untuk menjalani kegiatan seperti biasanya.

0 Comments:

Post a Comment



Template by:
Free Blog Templates