Selasa, 18 Mei 2010

ORANG TUA SEBAGAI GURU DALAM SEKOLAH RUMAH
(HOME SCHOOLING)


Saat ini sedang tren sekolah rumah sebagai terobosan baru untuk membangun pendidikan bagi anak di rumah masing-masing. Sekolah formal dianggap tidak mampu lagi memberikan pendidikan yang terbaik bagi anak sehingga para orang tua memberikan sekolah rumah pada anak. Sekolah formal dianggap tidak mampu untuk memberikan pendidikan secara efektif disebabkan adanya beberapa faktor diantaranya :

  1. Siswa terlalu banyak
  2. Perhatian guru kepada siswa tidak intensif
  3. Anak adalah pribadi unik yang memerlukan layanan yang unik pula.
  4. Guru hanya sekedar mengajar tetapi bukan mendidik.
  5. Sekolah teramat mengikat siswa dengan banyaknya aturan yang harus dipatuhi.
Tren tersebut cukup menarik, hanya saja apakah di sekolah rumah tersebut para orang tua siap dengan metodologis mengajarnya? Apalagi, sang anak akan memberikan perlakuan lain manakala berjumpa dengan orang tuanya langsung. Perlakuan anak itu biasanya :

  1. Bersikap manja, yang kalau di sekolah sikap ini luntur karena banyak teman-teman yang lain.
  2. Malas, biasanya anak akan bersikap malas karena tidak ada reward (penghargaan) yang dapat mengangkat harga diri setelah dilihat teman-temannya yang lain.
  3. Menu materi yang disediakan kadang tidak terjalani karena anak mampu mencoba menawar kepada orang tuanya.
  4. Tidak ada pesaing bagi anak sehingga anak akan belajar ala kadarnya sebagai pemenuhan kehendak orang tua.

Untuk itu, orang tua yang ingin memberikan sekolah rumah bagi anak, harus siap bertindak sebagai guru dengan cara menyadap habis konsep guru dalam membangun metodologis pembelajaran. Salah satunya orang tua harus paham bahwa anak mempunyai strategi belajar mengulang, elaborasi, organisasi, dan metakogmitif. Oleh karena itu, dalam sekolah rumah, strategi tersebut harus dijalankan secara dinamis, bergantian, dan progresif.

Gaya belajar anak beraneka macam. Ada anak yang bergaya belajar audio sehingga tidak suka mencatat dan tidak suka bergerak. Yang ia suka hanya mendengarkan saja. Ada pula anak yang bergaya belajar visual, yang ditandai oleh anak yang suka dengan grafis, menulis, gambar, dan hal-hal lain yang berhubungan dengan coretan. Ada lagi anak yang bergaya belajar kinestetis, yakni anak yang kalau belajar cepat menangkap sesuatu jika topic yang disajikan dalam bentuk gerak.

Sekolah rumah memang sangat cerdas sebagai sebuah ide untuk lebih mengintensifkan pengamatan terhadap perkembangan anak secara langsung. Orang tua akan membangun emosi hubungan secara kuat kepada anak. Anak dapat lebih mengenali materi pelajaran karena “guru” nya adalah orang yang paling dekat. Fleksibilitas belajar akan mewarnai perjalanan penguatan memori anak. Anak dapat leluasa mengatur menu belajarnya.

Hanya saja, kelonggaran yang dijalani anak akan diisi oleh pemiskinan kedisiplinan terhadap pemanfaatan waktu jika tidak diatur dengan tepat dan jelas sistem pembelajarannya. Untuk itu, sekolah rumah perlu menyusun kurikulum yang dijabarkan ke dalam terapan pembelajaran sehari-hari. Catatan perkembangan anak perlu dilakukan oleh pengasuh sekolah rumah. Kemudian hasrat orang tua dalam menanamkan segala aspek yang dipandang penting perlu diatur dan disesuaikan dengan perkembangan anak.


Referensi :
Suyatno, http://www.garduguru.blogspot.com/

0 Comments:

Post a Comment



Template by:
Free Blog Templates